Semakin hari pencemaran sampah plastik semakin menjadi masalah lingkungan yang harus cepat ditanggani, terutama sampah sedotan plastik. Sedotan plastik yang telah menjadi  sampah, mudah berakhir di lautan karena sifatnya yang ringan. Namun, sesampainya di laut, sedotan plastik tidak terurai. Sedotan plastik terpecah menjadi bagian-bagian kecil (mikroplastik) yang sering dikira sebagai makanan oleh hewan laut.

Tidak hanya di Indonesia, jutaan sedotan plastik terbuang setiap harinya hampir di seluruh belahan dunia. Bahkan menurut survey, setidaknya Inggris membuang sebanyak 4,4 miliar sedotan plastik per tahun. Dampaknya tentu saja mengerikan, terutama bagi hewan laut. Sekitar satu juta burung laut dan seribu hewan laut lain terbunuh akibat sampah plastik. Sebanyak 44% burung laut, 22% paus, lumba-lumba, penyu, dan ikan, juga mati dengan plastik dalam tubuh mereka.

Saat ini, sedotan plastik diperkirakan akan segera mengalami kepunahan, karena beberapa kota di Amerika Serikat (Seattle, Washington, Miami Beach, Fort Myers Beach, Florida, Malibu, Davis, dan California) telah melarang penggunaan sedotan plastik. Selain Amerika, beberapa negara juga sudah mulai membatasi penggunaan plastik sekali pakai, termasuk sedotan plastik. Di antaranya Taiwan, Belize, dan Inggris.

Bagaimana dengan Indonesia? Sebagai negara kedua yang paling banyak membuang sampah plastik ke lautan, harusnya Indonesia juga ikut menerapkan sistem pengurangan pada penggunaan plastik dan dapat dimulai dari melarang penggunaan sedotan plastik. Untuk mengganti sedotan plastik, kita bisa menggunakan sedotan yang terbuat dari kaca, bambu, dan stainless steel. Namun, ada cara yang lebih baik lagi, yakni dengan tidak menggunakan sedotan plastik sama sekali.