Seperti yang dilansir oleh National Geographic Indonesia, pada tanggal 1 Juni 2018, seekor bayi anjing laut harpa ditemukan mati di pulau Skye. Bayi anjing laut tersebut lalu dibawa ke Scottish Marine Animal Stranding Scheme (SMASS), sebuah badan pemerintah yang menginvestigasi kematian mamalia laut.

Andrew Brownlow, seorang ahli patologi hewan yang melakukan autopsi pada mayat bayi anjing laut tersebut, menemukan secarik plastk di perutnya. Brownlow mengatakan bahwa sangat jarang menemukan sampah plastik di dalam perut anjing laut. Biasanya, mereka lebih sering mati akibat terlilit jaring-jaring dan perangkap lainnya.

“Anjing laut yang menelan plastik sangat langka karena mereka merupakan hewan pintar dan biasanya mampu membedakan antara plastik dan mangsa,” jelas Brownlow.

Peristiwa ini tentu saja membuat dunia menyoroti betapa berbahayanya pencemaran sampah plastik, terutama bagi ekosistem laut. Bahkan, hewan laut paling cerdas pun telah menjadi salah satu korbannya. Masalah pencemaran laut oleh sampah plastik memang sudah menjadi rahasia umum, karena hingga sampai saat ini, jumlah sampah yang mengapung di lautan diperkirakan sudah mencapai angka 245.000 ton dan meracuni satwa laut.

Oleh karena itu, mari sama-sama kita ubah kebiasaan dalam pemakaian plastik dengan hal-hal sederhana seperti membatasi penggunan botol plastik untuk minuman, mengganti penggunaan kantong plastik dengan kantong dari kain, dan memanfaatkan plastik bekas untuk dibuat aneka barang kerajinan.